Membaca judul di atas SPORTIFITAS.... apakah masih dijunjung tinggi atau diabaikan?
Dalam setiap hal tentu saja jawaban yang seharusnya adalah sportivitas harus dijunjung tinggi, tetapi apakah itu yang terjadi?
Banyak kejadian yang saya alami mengenai kata "sportifitas" ini, karena anak saya Jovan tergabung dalam sekolah sepak bola dan rutin mengikuti turnamen-turnamen yang diselenggarakan sepanjang tahun. Dalam setiap turnamen peserta biasanya dibedakan sesuai dengan kelompok umur berdasarkan tahun kelahiran, misalnya kelompok kelahiran 2005, 2004, 2003, 2002.
Pendaftaran turnamen selalu diminta isian data anak, tanggal dan tahun lahir, photocopy kartu keluarga, raport sekolah, surat keterangan dari sekolah dan akte kelahiran. Lalu step berikutnya adalah proses "screening" yaitu semua data yang dikumpulkan dicocokan dengan data2 asli, jadi semua dokumen asli dibawa dan ditunjukan ke panitia. Bahkan kadang-kadang ada penyelenggara turnamen yang mengharuskan anak2 (peserta) untuk ikut datang di proses "screening", biasanya peserta ditanya seputar data-data mereka. Semua hal tersebut dilakukan untuk menghindari kecurangan atau lebih tepatnya pencurian umur.
Tetapi pertanyaan yang timbul adalah apakah proses screening itu perlu? Jawabannya menurut saya adalah tidak perlu.... mengapa?????
Peserta yang notabene adalah anak-anak usia dini (umur 7-12 tahun) belum mengerti mengenai pencurian umur atau kecurangan yang sebenarnya dilakukan oleh orang/organisasi yang mendaftarkan mereka untuk ikut di turnamen tersebut. Jika kita melakukan pencurian umur itu tentu saja tidak sportif..... Tetapi adakalanya karena sekolah sepak bola (ssb) / organisasi tersebut ingin sekali memenangkan suatu turnamen akhirnya pencurian umur terjadi. Anak yang berumur 11 atau bahkan 12 tahun diikutsertakan di kelompok umur 10 tahun (yang tentunya pada saat bermain akan terjadi ketimpangan karena umur yang berbeda otomatis cara bermain/menendang bola tentu jauh berbeda).
Bukanlah suatu kebanggaan jika disaat usia dini anak-anak kita sudah diajarkan untuk berbohong demi mencapai kemenangan. Sehingga anak-anak tersebut sedari kecil sudah terbiasa untuk diajarkan tidak sportif, tidak respect dan semua hal tersebut membuat pikiran anak-anak sudah ternodai bahwa segala sesuatu diperbolehkan untuk menjadi juara :(.
Sangat sedih rasanya melihat pembina/pelatih yang melakukan hal tersebut diatas.... miris rasanya melihat anak-anak yang seharusnya dibina dengan kejujuran, sportifitas yang tinggi, teknik bermain yang benar tetapi harus berbohong demi sebuah piala.
Apakah piala itu membuat orangtua/pelatih bangga???? Untuk kami... itu bukanlah kebanggaan.... sedari kecil kami sudah membina Jovan untuk jujur dan sportif, mengikuti turnamen untuk mengasah mental.... bahkan jika kalahpun itu akan mengajarkan kepada Jovan bahwa diluar sana masih banyak anak-anak yang lebih bagus sehingga itu akan membuat Jovan untuk lebih giat berlatih sehingga bisa lebih kompetitif.
Beruntungnya sekolah sepak bola tempat dimana anak kami berlatih tidak pernah melakukan kecurangan dan kami orangtua dari anak2 selalu menanamkan budaya sportif, jujur dan respect to others.